Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Sebenarnya dari dulu aku paling ga bisa menulis puisi. Meski ga ada yang ga bisa selama belum dicoba. Tapi, yah mengukir kata dalam kalimat dengan makna tersirat, rasanya asik juga. *efek terobsesi jadi detektif, suka kode-kodean. It doesn’t mean kode-kodean for someone who loves. LOL.* Meanwhile, ini puisi yang aku tulis saat ikut kompetisi Sail Puisi Cimanuk (07102016). Don’t judge. Give your support with advice. (≧▽≦).
Koyak Cimanuk, Goyah nu Hirup
Menari riang si layung sang lembayung
Menari pula si rawing mengitari lubuk
Kedatangannya sangat menggembirakan
Kehilangannya cukup meninggalkan
Burung berkicau bukan meracau
Kabar burung datang bukan mengadu
Hiruk pikuk bukan suasana kehadirannya
Cimanuk, aliran air besar yang mengiringinya
Mengalir deras tak sekadar dari hulu ke muara
Menjadi sungai ke seluruh tatanan sunda
Abad ke-16, muara jadi pelabuhan kerajaan sunda
Tahun 2016, muara jadi pelabuhan ketamakan manusia
Kerusakan abad ke-19 tak terulang untuk diperbaiki
Letusan gunung galunggung cukup menghilangkan palika
Cukup menghilangkan beberapa
Tak bisa dihindari
Tak mudah diprediksi
Perusakan tahun 2016 mengulang yang harusnya dihindari
Derasnya hujan turun sanggup membuat binasa
Sanggup menghilangkan semuanya
Tak pernah disadari
Tak sempat dimengerti
Banyaknya sedong tak mampu menjaga ragamnya ikan
Luasnya muara tak mampu menjernihkan tamaknya manusia
Panjangnya sungai tak mampu mengalirkan kepedulian bermakna
Cimanuk
Hujan deras sudah berhenti
Luapanmu penuh mengoyak emosi
Entah itu cukup untuk mereka sadari
Perkembangan bukan perihal teknologi
Tapi alam yang harus mereka dampingi
Sekadar tahu tak cukup membuatmu mengerti
Apa, mengapa, dan bagaimana terjadi
Hanya pertanyaan ingin tahu tanpa membuatmu menyadari
Sedang pertanyaan seputar detail kronologi
Kapan dan di mana terjadi
Hanya pertanyaan sekadar mencari tahu meski kau sudah tahu pasti
Mengapa tak kau tanyakan saja “siapa”?
“siapa” pelakunya? “siapa” korbannya?
“siapa” penyebabnya? “siapa” dampaknya?
Ah, aku tahu ini
Jawabannya adalah kau, dirimu sendiri
Bersembunyi sebagai sosok yang sulit mengakui
Manusia hanya ingin cepat nan canggih
Kemajuan baginya saat segalanya praktis
Tanpa usaha menganggap hidup ini gratis
Hoi, kau ingin cepat mati?
Bencana adalah cara paling canggih pun praktis
Teknologi hasil mereka yang tamak tanpa menuai benih kembali
Manusia modern, ditegaskan oleh alam
Manusia modern bukanlah makhluk bodoh yang tak bisa hidup di alam
Manusia modern hanyalah makhluk bodoh yang tak bisa hidup dengan alam
Ini bukan perihal hidup
Berputar jatuh ke bawah dan kembali ke atas
Berengah nafas mendaki dan berhembus nafas berlari
Ini pun bukan haru pilu
Derai tawamu tak membuat rasa menyesalmu bebas
Raungan tangismu tak cukup membuat balasku berhenti
Ini hanya hukum alam
Ini hanya hukum kausal
Inilah hukum sebab akibat
Bukan karena demokrasi ada dalam sistem negara
Apa yang dilakukan dan siapa yang melakukan
Adalah siapa yang mendapatkan
Luapan air hanya mengenang
Legenda hanya cerita belaka
Paribasa hilang taya basa
Luapan air hanya menggenang
Pantangan tak cukup melarang
Larangan cukup berani dilanggar
Semakin tersakiti semakin kuat
Alam disakiti akan semakin kuat
Kuat untuk balik melawanmu
Semakin tak dihargai semakin tahan
Alam tak dihargai akan semakin tahan
Tahan untuk bisa menyadarkanmu
Alam dikuatkan bukan dengan siksa
Bebas pun bukan tanpa aturan
Siksa pun bukan sekadar balasan
Hidup berdampingan itulah tujuan bersama
Melestarikan bisa mempertahankan segala yang telah ada
Karena alam hanya mengambil yang telah diberikan tanpa kita pernah meminta
Air mengalir mengikuti arusnya
Mengalir dari hulu ke hilir
Tanpa peduli terjalnya jalur
Air meresap melalui celah kecil
Mencoba membebaskan diri
Tanpa membuat dinding runtuh
Air merubah bentuk sesuai tempatnya
Mengikuti ukuran besar dan kecil
Tanpa merubah wadah yang kaku
Air memancar lebih besar saat tertekan di tempat terendah
Mengeluarkan kekuatan terbesar dalam kemungkinan minim
Tanpa merasa diri ini hampir jatuh
Air menyebar ke segala arah
Memberi manfaat semua dengan jernih
Tanpa pamrih untuk dijunjung
Air mengikuti zat terlarutnya
Mengungkapkan semua yang dirasa pun difikir
Tanpa bisa sembunyi tertutup
Air memiliki permukaan datar yang tenang
Menjadi tenang dalam jumlah banyak atau sedikit
Tanpa terkecuali saat emosi buat kehidupan lumpuh
Air tak pernah bersandiwara
Memperlakukannya adalah bumerang pasti
Tanpa ragu hanya tinggal kau pilih, menjadi temanmu atau musuhmu
Sebenarnya dari dulu aku paling ga bisa menulis puisi. Meski ga ada yang ga bisa selama belum dicoba. Tapi, yah mengukir kata dalam kalimat dengan makna tersirat, rasanya asik juga.
Tema Puisi Wajib : Sungai Cimanuk sebagai Sumber Kehidupan
Koyak Cimanuk, Goyah nu Hirup
karya Fitria Dewi Zahrina
Menari riang si layung sang lembayung
Menari pula si rawing mengitari lubuk
Kedatangannya sangat menggembirakan
Kehilangannya cukup meninggalkan
Burung berkicau bukan meracau
Kabar burung datang bukan mengadu
Hiruk pikuk bukan suasana kehadirannya
Cimanuk, aliran air besar yang mengiringinya
Mengalir deras tak sekadar dari hulu ke muara
Menjadi sungai ke seluruh tatanan sunda
Abad ke-16, muara jadi pelabuhan kerajaan sunda
Tahun 2016, muara jadi pelabuhan ketamakan manusia
Kerusakan abad ke-19 tak terulang untuk diperbaiki
Letusan gunung galunggung cukup menghilangkan palika
Cukup menghilangkan beberapa
Tak bisa dihindari
Tak mudah diprediksi
Perusakan tahun 2016 mengulang yang harusnya dihindari
Derasnya hujan turun sanggup membuat binasa
Sanggup menghilangkan semuanya
Tak pernah disadari
Tak sempat dimengerti
Banyaknya sedong tak mampu menjaga ragamnya ikan
Luasnya muara tak mampu menjernihkan tamaknya manusia
Panjangnya sungai tak mampu mengalirkan kepedulian bermakna
Cimanuk
Hujan deras sudah berhenti
Luapanmu penuh mengoyak emosi
Entah itu cukup untuk mereka sadari
Perkembangan bukan perihal teknologi
Tapi alam yang harus mereka dampingi
Tema Puisi Penunjang : Ekologi Manusia Modern
Transformasi Mematikan
karya Fitria Dewi Zahrina
Sekadar tahu tak cukup membuatmu mengerti
Apa, mengapa, dan bagaimana terjadi
Hanya pertanyaan ingin tahu tanpa membuatmu menyadari
Sedang pertanyaan seputar detail kronologi
Kapan dan di mana terjadi
Hanya pertanyaan sekadar mencari tahu meski kau sudah tahu pasti
Mengapa tak kau tanyakan saja “siapa”?
“siapa” pelakunya? “siapa” korbannya?
“siapa” penyebabnya? “siapa” dampaknya?
Ah, aku tahu ini
Jawabannya adalah kau, dirimu sendiri
Bersembunyi sebagai sosok yang sulit mengakui
Manusia hanya ingin cepat nan canggih
Kemajuan baginya saat segalanya praktis
Tanpa usaha menganggap hidup ini gratis
Hoi, kau ingin cepat mati?
Bencana adalah cara paling canggih pun praktis
Teknologi hasil mereka yang tamak tanpa menuai benih kembali
Manusia modern, ditegaskan oleh alam
Manusia modern bukanlah makhluk bodoh yang tak bisa hidup di alam
Manusia modern hanyalah makhluk bodoh yang tak bisa hidup dengan alam
Tema Puisi Bebas : Suara Alam
Pepatah Alam Bersua Masa
karya Fitria Dewi Zahrina
Ini bukan perihal hidup
Berputar jatuh ke bawah dan kembali ke atas
Berengah nafas mendaki dan berhembus nafas berlari
Ini pun bukan haru pilu
Derai tawamu tak membuat rasa menyesalmu bebas
Raungan tangismu tak cukup membuat balasku berhenti
Ini hanya hukum alam
Ini hanya hukum kausal
Inilah hukum sebab akibat
Bukan karena demokrasi ada dalam sistem negara
Apa yang dilakukan dan siapa yang melakukan
Adalah siapa yang mendapatkan
Luapan air hanya mengenang
Legenda hanya cerita belaka
Paribasa hilang taya basa
Luapan air hanya menggenang
Pantangan tak cukup melarang
Larangan cukup berani dilanggar
Semakin tersakiti semakin kuat
Alam disakiti akan semakin kuat
Kuat untuk balik melawanmu
Semakin tak dihargai semakin tahan
Alam tak dihargai akan semakin tahan
Tahan untuk bisa menyadarkanmu
Alam dikuatkan bukan dengan siksa
Bebas pun bukan tanpa aturan
Siksa pun bukan sekadar balasan
Hidup berdampingan itulah tujuan bersama
Melestarikan bisa mempertahankan segala yang telah ada
Karena alam hanya mengambil yang telah diberikan tanpa kita pernah meminta
Tema Puisi Lama : Air
Riak Air, Pola Kehidupan
karya Fitria Dewi Zahrina
Air mengalir mengikuti arusnya
Mengalir dari hulu ke hilir
Tanpa peduli terjalnya jalur
Air meresap melalui celah kecil
Mencoba membebaskan diri
Tanpa membuat dinding runtuh
Air merubah bentuk sesuai tempatnya
Mengikuti ukuran besar dan kecil
Tanpa merubah wadah yang kaku
Air memancar lebih besar saat tertekan di tempat terendah
Mengeluarkan kekuatan terbesar dalam kemungkinan minim
Tanpa merasa diri ini hampir jatuh
Air menyebar ke segala arah
Memberi manfaat semua dengan jernih
Tanpa pamrih untuk dijunjung
Air mengikuti zat terlarutnya
Mengungkapkan semua yang dirasa pun difikir
Tanpa bisa sembunyi tertutup
Air memiliki permukaan datar yang tenang
Menjadi tenang dalam jumlah banyak atau sedikit
Tanpa terkecuali saat emosi buat kehidupan lumpuh
Air tak pernah bersandiwara
Memperlakukannya adalah bumerang pasti
Tanpa ragu hanya tinggal kau pilih, menjadi temanmu atau musuhmu
Komentar
Posting Komentar